Notification

×

Iklan

Pasang Iklan Halaman Atas

Indeks Berita

Tag Terpopuler

ForsDA Sukse Gelar Orientasi Lingkungan Hidup, Pendidikan Adat dan Reforma Agraria di Bumi Mekongga

YUK ! BACA INFORMASI DARI SULTRACERDAS.COM SEMOGA BERMANFAAT UNTUK ANDA BY MARJUNUS
Minggu, 10 Agustus 2025 | Agustus 10, 2025 WIB Last Updated 2025-08-10T14:15:59Z


Kolaka,
Sultra cerdas com - Forum Swadaya Masyarakat Daerah (Forsda) Kolaka - Sultra sukses laksanakan  orientasi dan pendidikan  adat angkatan ke- XVI tahun 2025  yang  dilaksanakan selama tiga hari, dimulai pada  hari Jumat tanggal 8  sampai hari Minggu 10 Agustus  tahun 2025.


Direktur FrosDA Djabir Teto Lahukuwi, S.Pt.,SH mengatakan Orientasi dan pendidikan adat yang telah dilaksanakan ini, merupakan kegiatan rutin  tahunan  yang dilaksanakan ForsDA


Menurutnya, pelaksanaan kegiatan ini yaitu orientasi lingkungan hidup pendidikan adat dan reforma agraria karena Forsda ini secara nasional berjaringan dengan konsorsium pembaharuan agraria (KPA) dan wahana lingkungan hidup indonesia (Walhi) 


" Walhi ini salah satu lembaga atau ornop yang berurusan dengan lingkungan hidup dan KPA untuk mengantisipasi tentang adanya Perubahan  lahan lahan petani khusunya lahan masyarakat oleh HGU perusahaan dengan skala besar," kata Djabir sapaan akrabnya, Minggu (10/8/2025) 



Forsda ini masuk anggota KPA dan Walhi sehingga kegiatan yang  dilakukan adalah orientasi lingkungan hidup kalau lembaga lain namanya pengkaderan untuk anggota baru, kalau ForsDA  kita menyebut orientasi karena kita ingin memberikan pengenalan kepada masyarakat  sipil seperti nelayan, petani, mahasiswa dan ada juga pelajar yang memang masuk dalam orientasi ini 


" Peserta  yang ikut orientasi sebanyak  130 orang secara otomatis setelah mengikuti pelatihan ini mereka sudah disahkan sebagai anggota ForsDA," terang Aktivis senior 


Dijelaskannya, tujuan kegiatan ini yaitu ingin  mengedukasi pemikiran pemikiran masyarakat sipil dari  nelayan, petani, buruh dan mahasiswa atau pelajar bagaimana mereka bisa memahami posisi lingkungan  yang ada,  khususnya di kabupaten Kolaka dibumi Mekongga, bagaimana  kritikan terhadap lingkungan yang diakibatkan dari pengelolaan serampangan atau korporasi  pertambangan skala besar seperti misalnya PT Vale, PT IPIP atau PT Ceria 


" Setelah beberapa tahun ForsDA berdiri,  memang selalu berhadap hadapan pihak swasta ditahun 2027 sampai 2011 kita kritiki terkait pertambangan di pulau lemo setelah itu kita agak sedikit pakum bukan berarti menghindar tapi ada pekerjaan pekerjaan lain, pendampingan lain seperti  pendampingan  masyarakat adat yang ada dikecamtan  lambandia, Kolaka Timur di eks HGU," ungkapnya 


" Insyaallah ditahun 2025 dibulan September nanti  ada rencana pertemuan Nasional  lingkungan  hidup Indonesia terkait  posisi ekologi dan posisi lingkungan hari ini, tujuan kita adalah bagaimana kader kader yang baru maupun senior bisa eksis memperhatikan kondisi lingkungan yang ada di bumi Mekongga ini," Sambung Djabir 


Bagi kader baru yang ikut orientasi marilah kita sadar untuk melihat kondisi lingkungan yang ada disekitar kita dulu, kebetulan yang hadir adalah kawan kawan yang ada diwilayah  pertambangan seperti pomalaa, baula wundulakao dan tanggetada 


" Saya mengimbau bagaimana kita memulai pada diri sendiri diwilayah kita, karena kondisi pertambangan diwilayah kita khusnya IPIP yang  memang sudah ditetapkan sebagai proyek strategi nasional agak serampangan, tidak sama sperti Vale misalnya mereka terkoordinasi bagimana tata kelola lingkungan, sebelum mereka melakukan aktivitas pertambangan tetapi IPIP ini betul betul serampangan, contohnya pada penimbunan pelabuhan yang akan dijadikan jety pelabuhan, khusus di desa oko oko itu gunungnya dibongkar apakah itu masuk dalam dokumen AMDAL mereka, dalam kegiatan itu harusnya kalau mau membongkar gunung tersebut harus ada izin dari kementrian  lingkungan hidup," Imbaunya 



Iya, dari segi lingkungan sangat berpengaruh,  khususnya bagi masyarakat nelayan dan penambangan. yang ada di desa oko oko itulah yang harus kita kritisi, diwilayah kita sendiri dulu, sebelum kita melangkah kewilayah lain yang dikelola secara serampangan dengan koorporasi skala besar. 


Perkemahan kita pilih diblantaran sungai bendung wundulalo tujuannya bagimana kita bisa sadar dan melihat bahwa kita ada disekitar sungai, mengampangkan kita berhubungan dengan air ,pohon pohon bagaiman  kalau lingkungan kita sudah hancur  sperti yang terjadi di Pomalaa, meskipun itu adalah investasi dan ada ruang bagi warga untuk bekerja tetapi lingkungan itu akan korban contohnya di Desa  oko oko sudah terbuka penambangan sebelum bikin pabrik itu harusnya  sudah melakukan regevetasi kemudian terlebih dahulu dilakukan  sedimen pon


Sekarang ini kalau terjadi hujan banyaknya sedimentasi lumpur merah yang masuk diwilayah persawahan masyarakat  maupun sungai dioko oko, begitupun di Sopura inilah salah satu contoh yang kita lihat dan dikritisi oleh ForsDA 


" Insyaallah kita akan eksis kembali didalam kritikan terhadap lingkungan hidup khususnya  tata ruang yang tidak baik, karena  hal itu sangat penting, bagi pertanian, pertambangan dan juga ruang untuk nelayan," tutupnya 




Laporan :M@r



×
Berita Terbaru Update