![]() |
Kolaka, Sultra cerdas com - Forum Swadaya Masyarakat Daerah (Forsda) Kolaka - Sultra sukses laksanakan orientasi dan pendidikan adat angkatan ke- XVI tahun 2025 yang dilaksanakan selama tiga hari, dimulai pada hari Jumat tanggal 8 sampai hari Minggu 10 Agustus tahun 2025.
Direktur FrosDA Djabir Teto Lahukuwi, S.Pt.,SH mengatakan Orientasi dan pendidikan adat yang telah dilaksanakan ini, merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan ForsDA
Menurutnya, pelaksanaan kegiatan ini yaitu orientasi lingkungan hidup pendidikan adat dan reforma agraria karena Forsda ini secara nasional berjaringan dengan konsorsium pembaharuan agraria (KPA) dan wahana lingkungan hidup indonesia (Walhi)
" Walhi ini salah satu lembaga atau ornop yang berurusan dengan lingkungan hidup dan KPA untuk mengantisipasi tentang adanya Perubahan lahan lahan petani khusunya lahan masyarakat oleh HGU perusahaan dengan skala besar," kata Djabir sapaan akrabnya, Minggu (10/8/2025)
![]() |
Forsda ini masuk anggota KPA dan Walhi sehingga kegiatan yang dilakukan adalah orientasi lingkungan hidup kalau lembaga lain namanya pengkaderan untuk anggota baru, kalau ForsDA kita menyebut orientasi karena kita ingin memberikan pengenalan kepada masyarakat sipil seperti nelayan, petani, mahasiswa dan ada juga pelajar yang memang masuk dalam orientasi ini
" Peserta yang ikut orientasi sebanyak 130 orang secara otomatis setelah mengikuti pelatihan ini mereka sudah disahkan sebagai anggota ForsDA," terang Aktivis senior
Dijelaskannya, tujuan kegiatan ini yaitu ingin mengedukasi pemikiran pemikiran masyarakat sipil dari nelayan, petani, buruh dan mahasiswa atau pelajar bagaimana mereka bisa memahami posisi lingkungan yang ada, khususnya di kabupaten Kolaka dibumi Mekongga, bagaimana kritikan terhadap lingkungan yang diakibatkan dari pengelolaan serampangan atau korporasi pertambangan skala besar seperti misalnya PT Vale, PT IPIP atau PT Ceria
" Setelah beberapa tahun ForsDA berdiri, memang selalu berhadap hadapan pihak swasta ditahun 2027 sampai 2011 kita kritiki terkait pertambangan di pulau lemo setelah itu kita agak sedikit pakum bukan berarti menghindar tapi ada pekerjaan pekerjaan lain, pendampingan lain seperti pendampingan masyarakat adat yang ada dikecamtan lambandia, Kolaka Timur di eks HGU," ungkapnya
![]() |
" Insyaallah ditahun 2025 dibulan September nanti ada rencana pertemuan Nasional lingkungan hidup Indonesia terkait posisi ekologi dan posisi lingkungan hari ini, tujuan kita adalah bagaimana kader kader yang baru maupun senior bisa eksis memperhatikan kondisi lingkungan yang ada di bumi Mekongga ini," Sambung Djabir
Bagi kader baru yang ikut orientasi marilah kita sadar untuk melihat kondisi lingkungan yang ada disekitar kita dulu, kebetulan yang hadir adalah kawan kawan yang ada diwilayah pertambangan seperti pomalaa, baula wundulakao dan tanggetada
" Saya mengimbau bagaimana kita memulai pada diri sendiri diwilayah kita, karena kondisi pertambangan diwilayah kita khusnya IPIP yang memang sudah ditetapkan sebagai proyek strategi nasional agak serampangan, tidak sama sperti Vale misalnya mereka terkoordinasi bagimana tata kelola lingkungan, sebelum mereka melakukan aktivitas pertambangan tetapi IPIP ini betul betul serampangan, contohnya pada penimbunan pelabuhan yang akan dijadikan jety pelabuhan, khusus di desa oko oko itu gunungnya dibongkar apakah itu masuk dalam dokumen AMDAL mereka, dalam kegiatan itu harusnya kalau mau membongkar gunung tersebut harus ada izin dari kementrian lingkungan hidup," Imbaunya
![]() |
Iya, dari segi lingkungan sangat berpengaruh, khususnya bagi masyarakat nelayan dan penambangan. yang ada di desa oko oko itulah yang harus kita kritisi, diwilayah kita sendiri dulu, sebelum kita melangkah kewilayah lain yang dikelola secara serampangan dengan koorporasi skala besar.
Perkemahan kita pilih diblantaran sungai bendung wundulalo tujuannya bagimana kita bisa sadar dan melihat bahwa kita ada disekitar sungai, mengampangkan kita berhubungan dengan air ,pohon pohon bagaiman kalau lingkungan kita sudah hancur sperti yang terjadi di Pomalaa, meskipun itu adalah investasi dan ada ruang bagi warga untuk bekerja tetapi lingkungan itu akan korban contohnya di Desa oko oko sudah terbuka penambangan sebelum bikin pabrik itu harusnya sudah melakukan regevetasi kemudian terlebih dahulu dilakukan sedimen pon
Sekarang ini kalau terjadi hujan banyaknya sedimentasi lumpur merah yang masuk diwilayah persawahan masyarakat maupun sungai dioko oko, begitupun di Sopura inilah salah satu contoh yang kita lihat dan dikritisi oleh ForsDA
" Insyaallah kita akan eksis kembali didalam kritikan terhadap lingkungan hidup khususnya tata ruang yang tidak baik, karena hal itu sangat penting, bagi pertanian, pertambangan dan juga ruang untuk nelayan," tutupnya
Laporan :M@r